31.1.09

Rumah di Jalan Haji Mencong




Sebulan lagi, Einzel akan menempati rumah baru di Perumahan Mahkota Simprug, Jalan Haji Mencong, Larangan.

Menurut ayah dan bunda, rumah ini merupakan keajaiban di pertengahan tahun 2008. Setahun lalu tepatnya Januari 2008, tidak terbayang kami bisa beli rumah. Waktu itu, Einzel baru aja lahir dan dana tidak cukup untuk membeli rumah.

Selain itu, sejak Einzel dalam kandungan, rumah yang sedianya sudah ayah bunda bayar uang mukanya tidak kunjung dibangun. Kavling rumah yang dibeli November 2006 itu terletak di Limo, Cinere. Sampai sekarang belum kunjung kelar masalah rumah itu karena terkena tol dan developernya memang bermasalah. Uang hasil keringat ayah bunda pun belum tau juntrungannya, padahal hampir Rp 50 juta. Waaaaaaa …..

Rumah di Jalan Haji Mencong ini pun mempunyai cerita yang panjang.

Karena bulan depan mau ditempati, ayah dan bunda semakin giat membersihkan rumah. Uhh, capek tapi seneng karena sebentar lagi kami tidak harus membayar uang sewa rumah kontrakan di percetakan negara.

Terima kasih Tuhan …….

26.1.09

What a long week end! -Mentereng di Taman Menteng



Yang namanya perubahan selalu memakan korban. Ketika Gubernur Jakarta saat itu, Sutiyoso, membongkar Stadion Menteng nan legendaris, protes marak bermunculan. Berita teve pun terus menyorot buldozer menghancurkan sisi lapangan bersejarah lengkap dengan piala yang berserakan.

Tapi siapa sangka kini, proyek senilai Rp 45 milyar itu berbuah manis. Jakarta memiliki satu lagi ruang terbuka hijau yang murah-meriah untuk berolahraga dan berwisata, menggantikan para pedagang kumuh di sekeliling stadion tua nan tak terawat.

Maka, Senin petang di hari libur Imlek, Mamas Einzel seperti menemukan habitat barunya di lahan mentereng seluas 2,5 hektar yang dilengkapi fasilitas hotspot ini. Berlari, bergaya di depan galeri kaca, sampai menonton futsal dan basket three on three.

Sayang, tak sampai 30 menit di sana, Bunda Celi mengajak pulang. Alasannya, “Sebel lihat banyak anak muda pacaran…”

What a long week end! -Fountain Show @Grand Indo




Libur long week end Imlek Einzel dimeriahkan dengan jalan-jalan murah-meriah seputar Jakarta Pusat. Sudah tahu belum yang namanya “The Fountain Show” di Grand Indonesia, pusat belanja anyar jelmaan Hotel Indonesia di perbatasan antara Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Sudirman itu?

Mulanya penasaran karena melihat tayangannya di berita televisi, ayah dan bunda mengajak Mamas menuju Grand Indonesia untuk menyaksikan tontonan baru warga ibukota itu. Lokasinya ada di West Mall lantai 3a, Grand Indonesia, di depan arena makan mewah seperti Y&Y Restorant, Time Square, dan “warung-warung” berkelas lainnya.

Sesuai namanya, “fountain” ini adalah pertunjukan air mancur. Bedanya, ini adalah air mancur yang bisa menari dan menyanyi. Air mancur menari –in door version dari air mancur menari Monas- ini “diputar” tiap pergantian jam, dari pukul 12.00 hingga 20.00 WIB pada weekdays dan 11.00 hingga 24.00 untuk weekend dan hari libur nasional.
Maka, tak heran jika sebelum waktu menunjukkan pergantian jam theng, pengunjung Grand Indonesia menyemut, seperti menyembah patung lelaki menari yang nyaris telanjang itu. Pertunjukan air mancur menari sendiri berlangsung tak sampai enam menit, tapi menjadi semarak karena dimeriahkan dengan turunnya busa balon dan rumbai kertas di akhir tarian.

Kata ayah, dari kacamata public relations, atraksi di mall baru milik kelompok usaha Djarum ini merupakan sarana menarik pengunjung yang cukup ampuh. Apalagi, Jakarta saat ini muncul banyak mall-mall baru. “Ya, nyaris tak beda saat Plaza Senayan memunculkan atraksi jam menari yang berbunyi dan berputar setiap pergantian jam,” kenang Bunda.

Hihi… Mamas malah beberapa kali memalingkan muka dan mendekapkan wajah ke pelukan ayah, ketakutan melihat hebohnya air mancur menari...

19.1.09

Menonton Pacuan Kuda di Pulomas




Bermain dan belajar merupakan dua hal yang melekat dalam anak-anak. Memanfaatkan waktu bermain kali ini dilakukan dengan menonton pacuan kuda di Pulomas, Jakarta Timur. Pacuan kuda ini terletak di deket RS Omni. Area pacuan kudanya sendiri mengelilingi lapangan golf Green Horse yang terhitung masih baru alias belum launching.

Disini banyak kuda-kuda yang kekar dari yang berwarna pirang sampai berbulu warna hitam. Kuda-kuda pacu ini sebagian banyak dipasok dari Padang atau daerah lain di sumatera. “ Kalau mau beli kuda bisa menghubungi orang-orang disini (di pacuan kuda) agar bisa memperoleh informasi kuda-kuda bagus,’ kata seorang tante muda yang tengah menunggui Om Fauzi Badillah dan istrinya yang asal Uzbekistan. Maklum saja, Om Fauzi yang suka memandu acara di Trans TV itu tengah berlatih kuda dengan meminjam kuda milik tante cantik itu. Di foto, Om Fauzi memakai kaos kuning. “ Waduh, Einzel gak tanya siapa nama tante itu ya,”.

Jika mau melihat kuda-kuda berlatih bisa datang ke pacuan kuda Pulomas setiap minggu pagi dan sore. Disana bukan hanya kuda pacu yang sudah jinak saja yang berlatih, tapi kuda yang belum jinak alias masih liar. Ada lho kuda yang dipukul karena liar oleh sang pelatih. Wah wah …. Sakit ya.

Kuda-kuda yang dibeli puluhan juta itu biasanya dititipkan di kandang sisi utara area pacuan kuda. Disana ada beberapa karyawan yang setia mengurusi dan melatih kuda-kuda yang bisa setiap saat diajak beradu cepat.

Kuda pacu itu nampak masih liar buat Einzel. Sebagai gantinya, Einzel cukup naik kuda yang ada di seputaran parkir mobil. Disana sengaja banyak kuda-kuda yang bisa digunakan untuk rekreasi anak-anak. Seperti biasa, sebagai paspampres ayah menjaga Einzel agar tidak jatuh dari kuda. Ayo nak, pacu kudanya ….

13.1.09

Dedek sepupu yang bertompel


Desember 2008, Einzel mempunyai dua adek sepupu. Semuanya perempuan dan tinggal di Jogja.

Yang pertama lahir 14 Desember 2008 diberi nama Ganes dari Om Wenang dan Bulik Dita. Yang kedua Violeta dari Om Yogi- Bulik Ekhy lahir 24 Desember 2008.

Yang menarik dek Leta – panggilan Violeta mempunyai “toh” atau tompel yang letaknya di punggung atas. Tompel ini hampir 1/3 punggungnya. Wah gimana kalau mau pake baju-baju seperti model tali temali di puggung. Lebih seksi kalee ya.

Pas ketemu dek Leta di uyut Marno, ada gempa kecil atau lindu. Pastinya, semua pada keluar rumah. Walaupun Einzel belum lahir, kata ayah, gempa Mei 2006 besar dan membuat banyak rumah ambruk.

Menunggu senja di persawahan




Cerita ini masih bersangkut paut dengan seputaran radius 1 km dari rumah Kwarasan Jogja. Sebelumnya, Einzel bercerita tentang angsa putih di danau Griya Mahkota, atau perumahan depan rumah Kwarasan.

Di kawasan deket rumah masih ditemui sawah hijau membentang. Tidak perlu jauh-jauh harus ke pedesaan yang mungkin harus ditempuh sekitar ½ jam. Rumah Kwarasan terhitung (hampir) komplit untuk menyediakan pemandangan hijau plus sungai kecilnya.

Sore hari, Einzel naik motor menuju persawahan. “ disini bisa refreshing mata, gak liat kemacetan dan gedung-gedung seperti di Jakarta,” kata Bunda sembari gendong Einzel jalan-jalan ke pinggir sawah. Ah, baru kali ini Einzel bener-bener jalan kaki di sawah. Sebelumnya hanya lewat sawah dengan sepeda sewaktu di rumah uyut Watukarung, Sleman.

Einzel jalan-jalan di pinggir sawah. Tiba-tiba saja Einzel jatuh di sawah. Eits, Einzel gak nangis lo, hanya ketawa-ketiwi karena kena lumpur-lumpur di sawah. Ah, ini baru anak kota masuk desa. Jangan salah, asal uyut juga desa makanya terkadang Einzel juga harus merasakan suasana desa.

Disana ada beberapa simbok yang memanen padi. Kaki mereka penuh lumpur alias blethok. Lihat lah, Einzel bercanda dengan kakek yang ikut memanen padi. Sore hari ini suasana segar.

Oh ya, Bunda meminjam sepeda salah satu simbok. Ternyata, ada bel sepedanya. “ Kok disepeda gajah Einzel gak ada ya,” kata Einzel (mungkin lo). Bunda menjelaskan bel sepeda tua yang bisa berbunyi kring-kring goes goes ……

6.1.09

Bermain Gamelan dan Naik Andong






Di kala sebagian anak bermain game, Einzel mulai diperkenalkan dengan alat musik jawa yakni gamelan.

Alat musik ini merupakan perpaduan dari beberapa alat seperti gending dan gong. Biasanya gamelan dipergunakan saat ada pertunjukkan lengkap dengan sinden atau penyanyi lagu jawa. Bisa juga gamelan ini mengiringi pertunjukan wayang kulit yang dibawakan dalang.

Dengan semangat Einzel membunyikan satu per satu alat gamelan yang ada di Taman Pintar Yogyakarta. Disana tersedia audio visual multimedia yang menuntun anak bisa bermain gamelan secara berkelompok. Mereka cukup melihat screen di depan yang memberikan pentunjuk sisi mana yang harus diketuk.

Hari sangat cerah. Menuju parkiran yang berada disisi selatan Pasar Beringharjo, bunda mengajak Ine, ayah, dan Einzel untuk naik andong. Walau di rumah Salemba, Einzel pernah naik dokar tapi perjalanan antara Taman Pintar - Pasar Beringharjo memberikan hiburan tersendiri.

Liat tuh, sampai-sampai Einzel tidak mau turun dari andong. Ayo pak jalan lagi …..

Balloon Castle dan Mobil Baterai di Benteng Vredeburg





Kali ini Einzel mencoba main ke Balloon Castle.

Permainan balon ini lagi ada di Benteng Vredeburg. Ballon Castle merupakan balon raksasa yang merupakan arena bermain anak-anak usia 2 – 6 tahun. Berhubung Einzel baru 13 bulan, ya Einzel hanya duduk-duduk saja. Wah, Einzel nekad jalan-jalan dan terjatuh. Tapi gak papa toh jatuh di balon. Empuk !

Karena kurang bersemangat, Einzel mencoba mobil baterai. Hemmm, bisa tidak ya. Kita coba aja yuks ….

Ternyata, Einzel cukup berani duduk sendiri di mobilnya. Ayah seperti paspampres yang mengawal Einzel kemana-mana dengan berlari-lari kecil. Dengan membayar Rp 7500, Einzel bisa menikmati mobilnya selama 7 menit.

Oh ya, semua permainan ini berada di dalam Benteng Vredeburg. Bangunan peninggalan Kolonial Belanda ini masih berdiri kokoh, tidak berubah. Lokasinya tepat di depan Gedung Agung atau Gedung Kepresidenan Yogyakarta.
Benteng ini dulunya merupakan benteng perang. Namun sekarang lebih sering digunakan sebagai area seni atau pameran lainnya. Di dalam salah satu bagunan ada diorama yang menceritakan sejarah selama perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda.

Danau dan Angsa Putih di Sekitar Rumah Jogja



Liburan natal 2008 dan tahun baru 2009 dilewatkan Einzel di Jogja, kota kelahirannya. Kali ini, Einzel tidak jalan-jalan ke kota atau ke mall tapi lebih ke rumah uyut dan sodara. Tidak lupa menikmati sekitar rumah Kwarasan dalam radius 1 kilometer.

Tulisan ini merupakan cerita pertama dari perjalanan Einzel di radius 1 kilometer itu. Di sebelah selatan perumahan Griya Arga Permai – atau yang lebih kami sebut dengan Rumah Kwarasan terdapat sebuah danau yang ada angsa-angsa putihnya. Untuk masuk ke danau ini memang harus melewati restoran Banyu Mili.

Rasanya di Jakarta, agak susah menemui angsa putih. Di liburan kali ini, Einzel mulai mengenai lingkungan asri yang jarang ditemui di kota metropolitan.

Danau ini punya keistimewaan. Di tengah danau ada semacam daratan kecil. “ Kayak Pulau Samosir di Danau Toba ya Bunda,”. Di daratan itu terdapat semacam tugu kecil yang bertuliskan perbatasan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Melihat itu sebenernya ayah dan bunda kebingungan. Kenapa batas dua kabupaten ada disitu ya ? Karena daerah itu masuk Sleman dan untuk kawasan yang masuk Bantul masih ke arah selatan. Ah, untuk itu kami belum mendapatkan jawabannya.

Eits, rumah kami itu unik. Untuk sampai ke rumah dari Malioboro cukup 20 menit memakai motor. Kalau mau ke Stasiun Tugu biasanya hanya butuh waktu 15 menit. Namun begitu nuansa alamnya masih terasa, apalagi sinar matahari pagi yang tak tanggung-tanggung memancar dari sisi timur rumah.

4.1.09

First Flight Experience





Mamas Einzel amat bersyukur. Di saat kedua orangtuanya baru pertama mencecap pengalaman bepergian dengan pesawat terbang pada usia 24 dan 25 tahun, Einzel sudah merasakannya di usia 13 bulan.

Flight from Jakarta to Jogja and Jogja to Jakarta pada New Year Vacation lalu menjadi perjalanan bersejarah bagi Einzel. Awalnya ayah dan bunda sempat cemas membayangkan Einzel akan menangis kencang saat pesawat airbus itu akan take off and landing. Apalagi penerbangan berangkat ke Jogja sempat delayed sekitar satu jam, sehingga Einzel dikhawatirkan capek saat penerbangan, mengingat tingkahnya yang terus berlarian saat berada di boarding room menunggu waktu keberangkatan.

Syukurlah, semuanya aman-aman saja. Setelah sempat nangis dan berontak dalam gendongan bunda dalam garbarata alias belalai gajah saat masuk pesawat (Einz paling tak suka antrian panjang berdesakan ya…), ternyata ketika pesawat lepas landas, selama penerbangan dan penerbangan, Einzel tidak rewel. Hampir separuh bungkus biskuit marie menjadi teman perjalanan sehingga telinga maupun indera keseimbangan Einzel tidak terganggu dalam deru kencang pesawat dan perbedaan tekanan udara yang bisa membuat raga seorang anak kecil mengalami keterkejutan.

Selamat ya Mamas atas pengalaman pertama terbangnya, doa ayah bunda Mamas Einzel sehat selalu, lekas besar dan ntar gede seneng travelling, hehehe…

“I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see me runnin' through that open door
I believe I can fly I believe I can fly....whoo!
Oh, I believe I can fly Hey, 'cuz I believe in You…”