24.8.09

Futsal Republik Impian


Einzel berpose bersama ayah dan tim futsal AJI Jakarta, lawannya gak tanggung-tanggung, Wapres Jarwo Kwat, Gus Pur, Ibu Mega Karti dan Om Derry Drajat dari tim Republik Impian..

cieilee, gayanya kayak Mamas mau main bola beneran...

21.8.09

Bukan Superman


Aku bukanlah superman
Aku juga bisa nangis

Ayahku selalu berkata padaku
Laki-laki tak boleh nangis
Harus slalu kuat
Harus slalu tangguh
Harus bisa jadi tahan banting

Aku bukanlah superman
Aku juga bisa nangis

Ayahku selalu memarahi aku
Jika jatuh air mataku
Kata ayah slalu air mata itu
Adalah tanda kelemahan

Tapi ternyata air mataku
Ternyata jatuh juga

Aku bukanlah superman
Aku juga bisa nangis

ayahku tersayang
maafkanlah aku
jika aku masih menangis
masih belum bisa menjadi
seperti apa
yang ayah selalu mau

18.8.09

17-an di Mahkota Simprug






Kalau Agustus tahun lalu, Mamas Einzel ikut sepeda hias di Salemba, maka 17-an kali ini Mamas beraksi di Perumahan Mahkota Simprug. Einzel ikut dalam lomba joget balon.

Tapi sayangnya saat berpasangan dengan seorang cewek sebayanya bernama Winda, ketika musik dimainkan dan saatnya joget dempet balon di perut, Einzel justru lari membawa balon itu. Wah, panitianya bingung, sudah susah-susah mencari teman yang ukuran tinggi badannya sama, e.. balonnya malah dibawa lari..

Einzel juga asyik menginspeksi lomba sepeda hias dan menjajal sepur mini di Paser Rakjat Mahkota Simprug…

11.8.09

Belajar Nyetir di Bogor






Minggu, 10 Agustus kemarin, Mamas Einzel bersama ayah dan bunda menghabiskan hari libur di Bogor. Naik bus dari Terminal Lebak Bulus, Jakarta tak sampai satu jam, lewat Tol Jagorawi sampailah kami di kota dengan curah hujan sangat tinggi itu. Om Wiki menyebutkan, pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit'-) yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram". Memang, kayaknya tinggal di Bogor nan sejuk bisa tenang sentosa selalu ya, hehe..

Maunya sih, ke Bogor hanya untuk menghadiri sahabat ayah dan bunda, om Anto di Kapel Regina Pacis, tapi karena lokasi acara persis di depan Kebun Raya, Mamas Einzel pun mampir ke sana.
Tak lupa, Mamas dan Bunda berpose di depan gerbang Kebun Raya seluas 80 hektar yang memiliki lebih dari 15 ribu koleksi pohon dan tumbuhan itu. Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari hutan buatan pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.
Di dalam Kebun Raya terlihat pula Istana Bogor, nah Mamas dan Bunda kembali ambil gambar di depan telaga yang membatasi kebon dan istana penuh rusa itu. Asyik deh, kan akhir tahun lalu Mamas sudah pernah foto di Istana Merdeka, Jakarta. Sekarang sampai juga deh di Istana Bogor.

Setelah dari Kebun Raya, Bunda Einzel ada agenda bertemu teman di Bogor Trade Mall. Sementara Bunda asyik ngobrol soal kerjaan, ayah mengajak Mamas ke arena permainan anak Jurassic World di lantai 3. Wuih, bayar Rp 20 ribu sekali masuk, Mamas bisa mencoba aneka permainan di situ. Mulai prosotan, main kubus-kubusan, sampai aneka mobil-mobilan. Tapi, khusus arena mandi bola, ayah tidak memperkenankan Mamas masuk. Bahaya. Ayah dan Bunda pernah baca, pernah terjadi di sarana mandi bola terjadi penularan virus penyakit yang membawa kelumpuhan. Hiii..

Eiiits, lihat dong foto Mamas belajar memundurkan mobil itu. Gaya banget ya..

1.8.09

Go Overseas








Puji Tuhan, 25-27 Juli lalu Mamas Einzel ke luar negeri. Tujuan utamanya sebenarnya menemani ayah yang tugas liputan menyaksikan tour Liverpool ke Asia, terutama dalam pertandingan eksebisi melawan tim nasional Singapura, 27 Juli lalu.

Mamas berangkat bersama Ayah dan Bunda pada Sabtu (25/7) pagi lewat Air Asia jam 7 dari Cengkareng. Wuiks… karena penerbangan pagi, berangkat dari rumah jam 4 pagi, untung rumah Mamas gak jauh dari akses jalan belakang Bandara Soekarno-Hatta.

Sampai di Singapura, yang berbeda waktu satu jam lebih cepat dari Waktu Indonesia Bagian Barat, Mamas tinggal di Hotel 81 Bencoolen, tak jauh dari Orchard Road. Acara pertama, menghadiri jumpa pers Liverpool di Hotel Mandarin Oriental. Di sini Mamas dapat kejutan, foto dengan pelatih Liverpool asal Spanyol, Om Rafa Benitez!

Hari pertama, ditemani teman ayah dari kantor Singapura, Mamas menelusuri Esplanade, Merlion Park, serta membedah Singapura naik Duck Tour, yakni keliling negeri singa lewat darat dan sungai. Ongkosnya 33 Singapore Dollar seorang dan 2 Dollar untuk anak dua tahun seperti Mamas Einzel. Di hari pertama ini, Mamas juga berkesempatan menikmati Mass Rapid Transport alias Kereta Api Bawah Tanah, dari Stasiun City Hall menuju Stasiun Bugis.

Hari kedua, Mamas berkesempatan jalan kaki ke Orchard dan jalan-jalan ke Fort Canning Chanel serta Museum Peranakan dan Museum Seni Singapore yang berada tak jauh dari hotel. Mamas juga sempat berfoto di Gereja Katolik Gembala yang Baik, yang menunjukkan jejak masuknya Katolik di Singapura serta menjadi bukti kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 20 November 1986 silam. Tak lupa, Mamas belanja oleh-oleh gantungan kunci di Pasar Bugis, yang terkenal dengan aneka makanan dan cenderamata murah-meriah.

Hari ketiga, sebelum balik ke tanah-air, Mamas mampir ke kantor ayah di Singapura.

Sekitar jam 16.30 Waktu Singapura, Air Asia QZ 7783 menerbangkan Mamas, Bunda, dan Ayah dari Changi ke Cengkareng. Seperti juga berangkatnya, pada perjalanan pulang, Mamas satu pesawat dengan beberapa pendukung Liverpool di Indonesia atau dikenal dengan nama “Big-Reds”.

Bye-bye Uniquely Singapore!