24.8.10

Menunggu buka di Kota Tua




Ini jalan-jalan Einzel bersama ayah dan bunda, pekan lalu di Kota Tua Jakarta.
Siapa bilang Jakarta identik sebagai kota macet dan tak nyaman dihuni? Di antara berbagai problematika ibukota –seperti kepadatan lalu-lintas, banjir, banyaknya gelandangan, dan sebagainya- masih ada sisi positif dari kota berpenduduk lebih dari 8,5 juta jiwa ini. Tengoklah Kota Tua Jakarta, yang berada di kawasan barat, tepatnya di sekitar Stasiun Jakarta Kota dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Disebut sebagai kota tua, karena pada zaman kolonialisme dulu, di sinilah pusat pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Pada Bulan Ramadhan ini, suasana Kota Tua menjadi ramai berkumpulnya orang-orang yang ngabuburit atau mencari kegiatan menjelang saat Buka Puasa. Beberapa situs bersejarah dikelilingi masyarakat, seperti Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Keramik, Museum Wayang, dan juga kawasan pejalan kaki di kawasan Jalan Pintu Besar. Bagi kamu yang pengen menggunakan jasa sepeda onthel alias sepeda pancal untuk berkeliling Kota Tua, bisa menyewanya seharga Rp 10 ribu/jam.




Eksotisme bangunan tua di sini kerap membuat calon pengantin menjadikan Kota Tua sebagai lokasi pre-wedding. Hehe, jangan lupa lho, ayah dan bunda 4 tahun lalu juga melakukan foto pranikah di depan Musem Sejarah. Meminjam sepeda onthel, dijepret oleh kang Hendra Suhara, fotografer Majalah Tempo yang kini pindah ke Kontan.

Ah itu empat tahun lalu, sebelum Mamas Einzel ada. Sekarang Mamas Einzel udah hampir tiga tahun, dan main juga ke Kota Tua…