5.10.09

Naik Kuda di Teras

Ayo Mamas, naik kuda... hiiiiha...

4.10.09

Ke Sundak





Libur lebaran kemarin dimanfaatkan Einzel jalan-jalan bersama nenek-nenek dan saudara-saudara di Jogja. Wow, ternyata Einzel punya om dan tante banyak ya. Maklum, bunda merupakan cucu tertua dan sepupu-sepupu Bunda banyak yang masih sekolah. Sekarang, Einzel merupakan cicit pertama dari tiga cicit semuanya.

Lebaran pertama, Einzel bersama ayah dan bunda masih di rumah karena baru datang dari Jakarta. Lebaran kedua, Einzel jalan-jalan ke Wonosari. Tapi jalan-jalan kali ini, ayah tidak ikut karena mudik ke Surabaya. Dideket tempat Bunda KKN dulu ada warung nasi merah. Einzel mampir deh makan sego abang plus oseng tempe mercon. Kok mercon ya ? Iya, karena sayurnya banyak cabe merah. Pedes ya. Huah huah ….

Jalan menuju Pantai Sundak berkelok-kelok. Alhasil, Einzel muntah deh. Semua makanan dan susu yang ada perut keluar semuanya. Ine, Nenek Ika, Bunda, dan Nenek Ida heboh ngurusi Einzel yang penuh dengan muntahan. Setelah itu perjalanan dilanjutkan….

Pantai Sundak merupakan pantai dengan pasir putih dan terdapat jajaran gunung kapur yang berjejer di sepanjang pantai selatan Jogja ini. Nama pantai Sundak mulai digunakan setelah pantai ini menjadi tempat pertarungan anjing dan landak. Pertarungan terjadi karena seekor aning yang sedang kelaparan secara kebetulan berjumpa dengan seekor landak. Disana, terdapat batu-batu karang kecil berjajar dan menjadi persembunyian biota-biota laut.

Seiring proses geologi di pantai selatan, permukaan laut menyusut dan air lebih menjorok ke laut. Batu karang dan wilayah di dekat masjid akhirnya menjadi daratan baru yang kemudian dimanfaatkan penduduk pantai untuk aktivitas ekonominya hingga saat ini. Ada fenomena alam unik akibat aktivitas tersebut yang akhirnya menjadi titik tolak penamaan pantai ini. Jika musim hujan tiba, banyak air dari daratan yang mengalir menuju lautan. Akibatnya, dataran di sebelah timur pantai membelah sehingga membentuk bentukan seperti sungai. Air yang mengalir seperti mbedah (membelah) pasir. Bila kemarau datang, belahan itu menghilang dan seiring dengannya air laut datang membawa pasir. Fenomena alam inilah yang menyebabkan nama pantai menjadi Wedibedah (pasir yang terbelah).

Tidak seperti ketika di pantai Seminyak Bali. Einzel kali ini berani bermain air laut. Bersama Nenek Ika, Einzel berjalan di atas karang-karang. Tidak lupa mandi air laut bersama Om Radi dan Dek Leta. Wow, asyik ya….