30.12.10

Borobudur Experience



Coba ingat-ingat, kapan terakhir kali Anda menginjakkan kaki di Candi Borobudur. Saat Perpisahan SD? Kala terakhir berwisata ke Yogya sekalian Magelang? Atau, jangan-jangan, sampai detik ini Anda belum pernah meninggalkan jejak di Borobudur?
Saya merasa terlalu tua saat kali pertama berkunjung ke candi warisan Dinasti Syailendra yang dibuat pada abad ke-9 itu. Umur sudah 22 tahun, pada sebuah perjalanan gila naik motor dari Jawa Timur ke sebagian Jawa Tengah di awal 1999, saya dan beberapa rekan mampir ke tempat pemujaan umat Budha ini -konon, nama Borobudur sendiri berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi “borobudur”.

Tepat di Hari Natal tahun ini, kami berwisata ke candi yang lokasi tepatnya ada di desa dan kecamatan bernama sama, Borobudur, sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Yogyakarta memasuki Kabupaten Magelang. Disebut “kami”, karena ada unsur Einzel, bocah 3 tahun 2 bulan nan super lincah. Kami percaya, memori seorang anak terhadap sebuah tempat dan kenangan akan lebih melekat dibandingkan saat ia mengunjungi lokasi itu ketika remaja atau akil balig misalnya.
Setidaknya, ada tiga alasan mengapa perlu mengajak Einzel, laki-laki kelahiran Yogya yang besar di metropolitan, mengunjungi Borobudur pada usia mudanya

Situs kebanggaan Indonesia
Jauh sebelum kita gencar mempromosikan Pulau Komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Borobudur telah menorehkan prestasi itu. Ingat gambar-gambar tempat wisata dunia yang ada di Atlas yang gemar Anda baca saat Pelajaran IPS di Sekolah Dasar dulu? Borobudur bersanding dengan Colosseum dan Menara Pisa di Italia, Piramid dan Spinx di Mesir, Eiffel di Perancis, Angkor-Wat di Kamboja, dan lain-lain. Badan Dunia urusan Sosial Budaya Unesco pada 1991 menetapkan Borobur sebagai situs warisan dunia nomer 188. Dari Indonesia tercatat situs-situs lain seperti Taman Nasional Komoda dan Ujung Kulon, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Taman Nasonal Lorentz Papua dan Taman Nasional Sembilang Sumatera Selatan.

Jadi, kalau Einzel sudah mengunjungi Orchard, Patung Merlion dan Marina Bay di negeri sebelah, mengapa tidak untuk ikon kebanggaan tanah airnya sendiri?

Tak melulu wisata mall
Liburan warga kota, bahkan di Yogya sekalipun, identik berkunjung ke mall. Untuk menyeimbangkannya, sesekali anak juga perlu diajak ke wisata outdoor yang mendidik. Setelah puas ke Taman Pintar, tak ada salahnya rute wisata ke Yogya dibelokkan ke arah Magelang. Apalagi kini di samping komplek candi terdapat Galeri Seni dan Unik Borobudur Indonesia (GUSBI), museum mini yang menampilkan aneka koleksi MURI. Di galeri ini juga terdapat patung kontroversial “Mata Hati Gus Dur” karya Cipto Purnomo. Karya seniman Magelang ini menuai pro dan kontra karena berwujud perawakan Budha, dengan kepala Sang Budha diganti kepala Gus Dur lengkap dengan kaca mata tebalnya. Dibuat tak lama setelah mantan pemimpin bangsa itu wafat tahun lalu, ini dianggap menggambarkan sosok Gus Dur yang pluralis serta bisa diterima masyarakat dan sebagai gambaran kebaikan.

Wisata ke Ambarukmo Plaza atau lokasi keramaian lain perlulah, tapi wisata budaya dan alam terbuka, akan sangat membantu perkembangan anak memahami kebudayaan dan lingkungan di masa datang.

Semangat impossible is nothing
Masih susah membayangkan bagaimana membangun mahakarya ini selama setengah abad. Tanpa proposal, tanpa seminar, tanpa DIPA, dan tanpa rumit-rumit birokrasi lainnya. Struktur Candi Borobudur dibangun dengan bahan dasar ribuan meter kubik batuan tanpa memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa lem. Dengan sebuah batu beratnya ratusan kilogram, penggunaan semen benar-benar diabaikan. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan.

Dalam imaji inilah, seorang anak seusia Einzel akan mengingat dalam otak kecilnya salah satu keajaiban manusia Indonesia yang luar biasa. Manusia Indonesia masa kini memang belum berhasil membuat keajaiban di lapangan bola, mengubah kekalahan 0-3 dari Malaysia di Kuala Lumpur dan membalikkanya menjadi syarat juara Piala AFF 2010.
Candi Borobudur didirikan dekat pertemuan Sungai Eto dan Progo di dataran Kedu.

Tanpa bantuan peta sulit bagi kita sekarang untuk mengenali kedua sungai itu. Untuk menentukan lokasi candi mutlak diperlukan pengetahuan geografi dan topografi yang benar-benar handal. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Apalagi bila dilihat dari udara, bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon, yang ternyata jika ketiga candi itu ditarik garis khayal, berada dalam satu garis lurus.

Karena itulah, beberapa blog bahkan menyebut pembangunan Borobudur dibantu oleh jin atau makhluk angkasa yang turun ke bumi, seperti juga fenomena situs Val Camonica (Italia) dan Tassili (Gurun Sahara) yang terdapat lukisan dinding menggambarkan orang berpakaian seperti astronot zaman sekarang, lengkap dengan baju tebal dan helm, bahkan helmnya menutupi seluruh kepala dan dilengkapi antena.

Apapun teorinya, Borobudur menunjukkan keajaiban. Impossible is nothing! Semangat itulah yang mesti terwujud pada saya, Einzel, dan juga Anda pembaca tulisan ini. Apa yang tidak mungkin pada 2011, kalau Anda mempercayai semuanya bisa dilakukan?