11.8.09

Belajar Nyetir di Bogor






Minggu, 10 Agustus kemarin, Mamas Einzel bersama ayah dan bunda menghabiskan hari libur di Bogor. Naik bus dari Terminal Lebak Bulus, Jakarta tak sampai satu jam, lewat Tol Jagorawi sampailah kami di kota dengan curah hujan sangat tinggi itu. Om Wiki menyebutkan, pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit'-) yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram". Memang, kayaknya tinggal di Bogor nan sejuk bisa tenang sentosa selalu ya, hehe..

Maunya sih, ke Bogor hanya untuk menghadiri sahabat ayah dan bunda, om Anto di Kapel Regina Pacis, tapi karena lokasi acara persis di depan Kebun Raya, Mamas Einzel pun mampir ke sana.
Tak lupa, Mamas dan Bunda berpose di depan gerbang Kebun Raya seluas 80 hektar yang memiliki lebih dari 15 ribu koleksi pohon dan tumbuhan itu. Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari hutan buatan pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.
Di dalam Kebun Raya terlihat pula Istana Bogor, nah Mamas dan Bunda kembali ambil gambar di depan telaga yang membatasi kebon dan istana penuh rusa itu. Asyik deh, kan akhir tahun lalu Mamas sudah pernah foto di Istana Merdeka, Jakarta. Sekarang sampai juga deh di Istana Bogor.

Setelah dari Kebun Raya, Bunda Einzel ada agenda bertemu teman di Bogor Trade Mall. Sementara Bunda asyik ngobrol soal kerjaan, ayah mengajak Mamas ke arena permainan anak Jurassic World di lantai 3. Wuih, bayar Rp 20 ribu sekali masuk, Mamas bisa mencoba aneka permainan di situ. Mulai prosotan, main kubus-kubusan, sampai aneka mobil-mobilan. Tapi, khusus arena mandi bola, ayah tidak memperkenankan Mamas masuk. Bahaya. Ayah dan Bunda pernah baca, pernah terjadi di sarana mandi bola terjadi penularan virus penyakit yang membawa kelumpuhan. Hiii..

Eiiits, lihat dong foto Mamas belajar memundurkan mobil itu. Gaya banget ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar