

Memasuki stasiun, rencananya akan naik kereta ekspres jurusan Bekasi. Kereta ini dianggap ayah dan bunda lebih nyaman daripada KRL ekonomi. Saat itu, arloji Ayah menunjukkan pukul 11.25. Wah, Einzel harus segera sampai rumah mau maem siang. Sayang, jadwal kebedatangan kereta ekspress jam 12.30. Dengan terpaksa, ayah membeli 2 tiket KRL ekonomi.Menggunakan KRL sebagai angkutan massal murah merupakan pertama bagi Einzel. Kebetulan deket rumah ada stasiun Kramat, salah satu perhentian KRL jurusan Bekasi.
Sebenernya Bunda dah mulai khawatir melihat calon penumpang yang banyak. Uhh, panas juga sampai keringat netes. Ketika kereta datang, Einzel digendong ayah naik kereta. Waduh, ada barengan orang buta yang menuntun orang cacat yang merupakan peminta uang receh di gerbong. Diantara kerumunan penumpang, Einzel tidak rewel.
Mata Einzel seakan menjelajahi gerbong terakhir KRL itu sambil dipangku ayah. Wah, kalau kayak gini Bunda gak mau ambil kamera takut kecopetan deh. Ada anak seumuran Einzel yang digendong ibunya menyapu gerbong demi uang receh.
Sepanjang perjalanan, Einzel mendengarkan rombongan pengamen yang membawa peralatan gitar banyak. Ah, bising … belum lagi wajah-wajah penumpang yang menakutkan.
Tiba-tiba ayah mengajak kami turun di stasiun Kramat. Sayang, gerbong kami tidak kebagian peron. Kami meloncat dari gerbong. Yah, beginilah angkutan massal murah seharga Rp 1500.