15.9.08

Odong-odong



First experience gives first sensation. Ungkapan itu juga yang dirasakan Mamas Einzel saat kali pertama mencoba odong-odong yang mengitari kawasan Percetakan Negara VI.

“Huahhhh….” Mamas begitu takut saat duduk di odong-odong model motorbike. Tangannya seolah tak mau lepas dari pelukan bunda. Tapi, setelah diyakinkan ayah, bunda dan tukang odong-odong bahwa keadaan aman, akhirnya Mamas mau juga duduk di situ, sembari musik berputar, ”Tik, tik, tik, bunyi hujan, di atas genting...”

Odong-odong adalah alat transportasi di Jakarta dan sekitarnya yang hanya melayani penumpang khusus, yaitu penumpang anak-anak. Odong-odong punya trayek khusus, yaitu hanya melayani trayek seputaran komplek atau seputaran lingkungan di mana anak-anak itu tinggal. tapi ada juga odong-odong ketika ‘narik’ malah statis, alias tidak bergerak. Seperti yang dirasakan Mamas ini. Menyewa odong-odong untuk berputar statis, dengan ongkos seribuan rupiah sekali tarik, untuk durasi sekitar tiga menitan.

Odong-odong menggunakan tenaga si abangnya, alias tenaga kayuh, tapi ada juga odong-odong yang bermesin motor, atau bahkan menggunakan mesin mobil. Bodynya biasanya hasil rakitan, terdiri dari bangku-bangku berjejer, atau memakai model-model tertentu seperti motorbike, bebek, kuda boneka, model komidi putar, dan lain-lain.

Di Jakarta, ternyata odong-odong ini sudah menjadi bisnis tersendiri, di mana pembuat dan penarik (baca:pengemudi) nya bisa mendapatkan omzet yang lumayan. Anak kecil butuh hiburan murah-meriah, abang-abang pengangguran butuh pekerjaan yang mudah dan halal. Jakarta, oh Jakarta...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar