13.1.09

Menunggu senja di persawahan




Cerita ini masih bersangkut paut dengan seputaran radius 1 km dari rumah Kwarasan Jogja. Sebelumnya, Einzel bercerita tentang angsa putih di danau Griya Mahkota, atau perumahan depan rumah Kwarasan.

Di kawasan deket rumah masih ditemui sawah hijau membentang. Tidak perlu jauh-jauh harus ke pedesaan yang mungkin harus ditempuh sekitar ½ jam. Rumah Kwarasan terhitung (hampir) komplit untuk menyediakan pemandangan hijau plus sungai kecilnya.

Sore hari, Einzel naik motor menuju persawahan. “ disini bisa refreshing mata, gak liat kemacetan dan gedung-gedung seperti di Jakarta,” kata Bunda sembari gendong Einzel jalan-jalan ke pinggir sawah. Ah, baru kali ini Einzel bener-bener jalan kaki di sawah. Sebelumnya hanya lewat sawah dengan sepeda sewaktu di rumah uyut Watukarung, Sleman.

Einzel jalan-jalan di pinggir sawah. Tiba-tiba saja Einzel jatuh di sawah. Eits, Einzel gak nangis lo, hanya ketawa-ketiwi karena kena lumpur-lumpur di sawah. Ah, ini baru anak kota masuk desa. Jangan salah, asal uyut juga desa makanya terkadang Einzel juga harus merasakan suasana desa.

Disana ada beberapa simbok yang memanen padi. Kaki mereka penuh lumpur alias blethok. Lihat lah, Einzel bercanda dengan kakek yang ikut memanen padi. Sore hari ini suasana segar.

Oh ya, Bunda meminjam sepeda salah satu simbok. Ternyata, ada bel sepedanya. “ Kok disepeda gajah Einzel gak ada ya,” kata Einzel (mungkin lo). Bunda menjelaskan bel sepeda tua yang bisa berbunyi kring-kring goes goes ……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar